Jumat, 13 Juli 2012

Kembali pada Manhaj


2.1 Ketika  Al-Qur’an Tidak Menjadi Pokok-Pokok Materi Dakwah Islamiyah
            Berfikir bagi manusia, berkarya, bahkan menunjukkan keterampilan dalam hal  berdakwah bisa menjadi hal yang membuat diri seseorang berguna bagi Orang lain. Namun jika jiwa kita lemah, tak ada motivasi yang membuat kita semangat. Lantas apa Obat yang menjadi pelipur lara manusia di zaman modern ini?
            Sesungguhnya Orang yang pintar berdakwah yakni mampu menyampaikan pesan dan komunikasi  dakwahnya kepada khalayak dan juga dia mempunyai masa depan yang  jelas tentang hasil dakwahnya, namun apabila isi atau cara penyampaian hanya disertai argumentasi pemikiran tanpa berpijak pada Al-Qur’an maka akan menjadikan bahwa hal-hal yang dikomunikasikan atau disampaikan melalui dakwahnya tersebut hanya berupa ungkapan pemikiran semata, orisinalitas Al-qur’an sudah tidak dilihat lagi.
            Memang menyampaikan pesan kepada audiens atau khalayak harus berdasarkan tauladan dan mampu menyentuh naluri manusia, baik dari kesedihan, kesenangan, dan amanat yang disampaikan, nah tersampainya pesan dari pesan yang disampaikan  tadi akan bisa atau  tidaknya dalam menyentuh hati orang lain tergantung dari cara menyajikan dakwah yang dikemas melalui pentingnya Sumber referensi yakni Al-qur’an.
            Karena ideologi Al-qur’an bahkan dilupakan seiring jalan  dengan kemampuan dia mengolah pesan dakwah.  Nah, inilah yang menjadi Ideolog atau Akidah Penyampaian dakwah tanpa disertai kalimat-kalimat Al-qur’an. Soal motivasi dan keyakianan memang kehadirannya menggugah  semangat dan bertujuan untuk kemajuan orang lain.
            Ada arah yang membuat Al-qur’an sebagai pesan yang harus disampaikan justru kalah, Orang lebih cenderung berbicara Hakekat Taubat, Taat Kepada Pemimpin,Mukmin Yang Kuat, Tanda-Tanda Orang Munafiq, Ikhlas Dalam Beramal, dan sebagainya didalam Masyarakat secara umum.
            Apa yang menjadi kendala-kendala Para Da’i,Khatib bahkan Penceramah kelas atas meninggalkan Urgensi atau  pentingnya Al-qur’an didalam kehidupan. Darimana orang akan mendapatkan inspirasi untuk menghafal Al-qur’an sedangkan yang dibahas pada even ceramah hanya bersifat muamalah saja, namun azam yang harus ditekankan adalah menanamkan kecintaan kepada Al-qur’an sebagai bagian yang mendukung agama Islam   bisa exis sampai sekarang.
             Jadi yang exis malah timbul figure-figure Pendakwah yang terkesan lucu dan nyeleneh, bukan Ustadz atau Da’i yang Ahli tadabbur Al-qur’an yang mampu memberikan semangat dan dorongan kepada masyarakat untuk terus mengkaji Al-qur’an walaupun dilihat dari segi watak dan jati diri masyarakat yang lebih suka hiburan didalam dakwah yang disampaiakan oleh Para Da’i atau Penceramah.
             Jadi masyarakat hanya cenderung mengerti tidak ingat dengan Urgensi atau pentingnya Sumber  Hukum Utama Islam, jadi yang ada mengaji alias membaca saja tanpa disertai kajian-kajian atau mentadaburi skaligus mempelajari Ilmu-Ilmu Al-qur’an, lebih-lebih mau menghafalnya.
             Jarang ada yang bisa seperti itu, bahkan anehnya ketika dilombakan para Da’i dan Da’iah dari masyarakat Indonesia secara umum, yang menjadi  juara siapa? Orang-orang yang  hanya ahli bidang umum, dibanding Da’i lain yang  pandai mengolah pesan melalui referensi Al-qur’an.
            Orang yang bersemangat dalam berdakwah sekaligus mengkomunikasikan pesan-pesan yang ada didalam Al-qur’an itu tidak terlepas dari Motivasi dan keyakinannya yang mantap dari Al-qur’an itu sendiri.
            Nah, bagaiamana menanamkan kecintaan,keyakinan kepada masyarakat sebagai seorang Audiens. Dan lebih khusus kepada Anak, dari kecil sudah harus dimulai untuk diberikan bekal hafalan Al-qur’an dan memotivasi Masyarakat awam agar mau belajar Al-qur’an dan mengajak dan mendorong  Anak-anaknya untuk mencintai Al-qur’an.
            Nah itulah peranan Da’i, Khatib, bahkan Penceramah  sebagai Motivator didalam mengemas pesan Dakwah, Alhasil Al-qur’an sudah bisa dijadikan sumber motivasi terkuatnya didalam berdakwah, Orang akan senang berdakwah menyampaikan pesan-pesan Islam yang ada didalamnya terkandung  materi Al-qur’an, karena sudah menemukan makna dari apa yang kita yakini sebagai sebuah wahyu, kenyataan dari Allah swt.
            Karenanya penting bagi Da’i atau Penceramah yang akan menyampaikan dakwahnya harus mengambil langkah keseriusan, menyiapkan kecintaan pada Al-qur’an itu sama halnya dengan siap untuk melanjutkan amanat mulia untuk berdakwah langsung kepada masyarakat Islami.
             Kalau Kitab-kitab Allah adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah kepada Para Nabi dan Rasulnya untuk disampaikan kepada umatnya, masa iya Sebagai Da’i di Fakultas Dakwah secara umumnya Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Kita juga tidak menyerukan untuk kembali kepada sumber rujukan yakni  Al-qur’an.
            Karena banyak Para Orang tua yang sudah tidak bisa membaca Al-qur’an, dan tidak sedikit Anak-anak yang justru sekedar hanya  bisa membaca.  Nah dari sini sudah harus mulai mendidik masyarakat dengan sungguh-sungguh agar mereka mau memberikan motivasi kepada Anak-anaknya mempelajari ilmu-ilmu yang ada hubungannya dengan Al-qur’an lebih-lebih mengamalkan isi Al-qur’an  secara konfrehensif dan baru kemudian menjadi Da’i yang benar-benar professional.
             Silahkan menjadi Da’i  atau Penceramah dan melaksanakan Amar ma’ruf nahi munkar kepada umat manusia, baik melalui media elektronik atau cetak bahkan secara lisan ditengah-tengah masyarakat. Namun memulainya dari kita sendiri untuk memantapkan Aqidah kepada Al-qur’an dulu secara hikmah, yakni menjadi berilmu Al-qur’an,sabar, jujur dan menjadi bijaksana ketika sudah menghafal Al-qur’an.  Itulah Da’i yang memulai langkah Da’wahnya menyeru kebaikan dan mencegah keburukan dengan indikator awalnya cinta Al-qur’an.
            Titik fokus ditekankan untuk mengajarkan Al-qur’an dahulu, karena sumber motivasinya untuk bergerak kedepan, dan terus membangun kemapuannya itu dimulai dengan bahasa Al-qur’an. Kapan harus dimulai, Anak diajarkan Al-qur’an boleh jadi umur dua atau empat tahun agar meyakini betul akan esensi atau makna sebuah agama.
            Jadi tidak terkesan omong doang yang dilihat masyarakat adalah mampu tidak seorang Da’i mempunyai hafalan sebagai Hafidz sebelum bisa menjelaskan perihal agama, orang cenderung berfikir, dirinya saja masih banyak kesalahan dalam Tajwidnya, masa iya akan menjadi Penceramah yang kelas atas.    Sebagaimana yang dia ketahui hanya ayat-ayat pendek saja. Luar biasa masyarakat awam berfikir seperti itu. Jadi sekarang bukan dilihat dari segi penampilan yang berwibawa artinya komunikasi juga bersifat non verbal yakni melalui model pakaian, sikapnya, tingkah laku serta kelihatan dari pengalaman bergaul atau interaksi serta cara menjalankan agamanya dikehidupan sehari-hari, namun tidak dilihat kearah sana saja, tapi masyarakat atau orang-orang ini cenderung melihat mampu tidak Dia mempunyai landasan Teori yang relevan yakni Al-qur’an termasuk hadits Rasul(manhaj Nabawiah) sebagai Pegangan Da’wah Birhalnya.
            Al-qur’an.sebagaimana diketahui, melalui Lembaga Ittihad yang berorientasi pada Penghafal Al-qur’an justru akan membaawa kualitas baik bagi para Calon Da’i Da’iah dari kalangan Mahasiswa- Mahasiswi.
            Nah, itulah fenomena yang disinyalir masyarakat awam, masyarakat ini memang banyak yang tidak menghafal Al-qur’an namun mereka tugasnya hanya menilai saja terhadap penampilan para Da’i tersebut, termasuk Penulis.  Ketara sekali Penceramah yang hanya mementingkan kualitas jenaka atau nyelenehnya nya ketimbang kualitas hafalan Al-qur’an yang seperti kita lihat di Televisi ada beberapa Ustadz yang memang kalau berbicara masalah Islam lebih-lebih bacaan Al-qur’annya,  masih amburadur ibarat Mahasiswa semester satu.          
            Jadi sangat penting menekankan kewibawaan dengan Al-qur’an, jadi harus serius, namun mengarah kepada No be left over (tidak berlebihan).  Jadi tersampainya pesan Dakwah tersebut dan pesan dari kesan tadi memang dari pembawaan naluri, nah apabila Penceramahnya terkesan hanya dari tampang kemudian lulusan dan juga basic akademisi agamanya masih sangat parsial dalam artian setengah-setengah. Masa iya itu yang menjadi Juara satu Da’i Muda Pilihan.
            Sedangkan  Remaja Lombok kita,  Dia mampu menyuarakan kebenaran Islam dalam Kontes Da’i Muda Pilihan malah justru sangat cepat kalah dan sekarang posisinya tetap terlupakan di Lombok Tercinta ini, itulah keadaan umat kita.
             Coba lihat Artis Lombok sebagai penyanyi Dangdut diminta memimpin mendoakan para Korban Tsunami yang sudah tewas oleh bencana Gempa dan Banjir tersebut, apa yang dia  baca didepan khalayak, bacaan agar menjadi pintar atau cerdas bunyinya kurang lebih: “Allahumma ‘allimna maa jahilna wa dzakkirna ma nasina wa fahimna maa la  nafham  wazidna ‘ilma wa al hiqna bissholihin”. Lalu apa yang terjadi, audiens beserta dewan juri malah mengAminkan do’a tersebut, padahal do’a yang seharusnya kan :
"Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang".(Qs.Al-hasyir 10).
            Nah karena IAIN membuat program terencana dalam Ittihad wal Qurra termasuk didalamnya Tahfidz, Tafsir,syarhul Al-qur’an, dan sebagainya itu diharapkan Mahasiswa-Mahasiswi menjadi Pembelajar yang mandiri melalui pembinaan Bidang keilmuan Al-qur’an ini. Budaya menghafal serta di didik menjadi Ahli Tafsir itu semua sangat relevan dengan bidang keilmuan menjadi seorang Da’i atau Da’iah yang akan mengembangkan ajaran-ajaran Islam ditengah masyarakat.
            Karena kalau kita tidak segera mengajarkan dan mengkomunikasikan tentang pentingnya Al-qur’an didalam kehidupan, maka manusia jauh akan dibuntuti oleh peradaban yang sudah dimajukan kualitasnya menjadi sangat modern yang tak mengindahkan norma-norma atau aturan-aturan Islami, benar sekali belajar agama lebih-lebih mentadabburi Al-qur’an harus dilakukan setiap hari, ketimbang harus bermegah kesana kemari yang dampak akhirnya tidak menyelamatkan dibelakang hari. 
            Membumikan Al-qur’an? Sah-sah saja dan itulah yang kita harapkan dan bisa mengikuti jejak Rasulullah menjadi pribadi yang berakhlak Al-qur’an, membumikan musik? Lama-lama Al-qur’an kalah saing dengan budaya-budaya modern ini, karena itu perlu  tampil Para Da’i yang sukses dan akan sering didalam berdakwah tentang Al-qur’an, dan tidak hanya muamalah yang temanya itu-itu saja.
            Memahami Al-qur’an itu hak setiap muslim( DR Muhlis Hanafi), namun harus ada yang menjadi Ahlinya. Karena Para Penyuluh agama yang mumpun didalam memahami kajian Al-qur’an hanya beberapa Orang saja di Indonesia, tidak termasuk Penulis.
            Karena itu tugas seorang Da’i adalah menyampaikan pesasn-pesan yang mengandung tema pentadaburran Al-qur’an yang dalam artian mengkaji Al-qur’an dengan analisis yang mendalam. Karena harus ada yang memeliharanya, dan juga mengamalkan apa yang terkandung didalam Al-qur’an.
            Al-qur’an sendiri dijaga oleh Allah Swt, namun apabila tidak ditekankan untuk terus membumikan Al-qur’an, maka yang ada Al-qur’an hanya menjadi hiasan lemari yang indah lewat apa? Boleh jadi sampul yang berwarna-warni. Dramatis.
            Maukah kita menghampiri dan mendatangi Al-qur’an? Harus ada usaha yang kontinyu dalam mengingatkan untuk memahami Al-qur’an dan untuk mencintainya pula.
            Karena Para Pendakwah ini akan membawa korelasi dalam membangun pola fikir dan perilaku manusia, karena cenderung orang hanya melihat kuantitas pertemuan ketimbang melihat kualitas hasil Dakwahnya. Kualitas yang seharusnya didambakan oleh umat manusia adalah seorang Da’i atau Penceramah yang mampu memberikan sumbangsih pemikirannya yang sintesis artinya mempunyai jalan pemecahan, dan senantiasa mengajak kearah yang sangat fundamental. Al-qur’an inilah yang akan menunjukkan manusia ke arah perubahan Akhlak karena perintah yang sifatnya baik tadi harus dimulai dari akhlak yang diajarkan didalam Al-qur’an sehingga manusia bisa menjadi Al-qur’an yang berjalan.
            Seharusnya metode yang dipakai bisa dengan membacakan Al-qur’an kemudian memposisikan fenomena atau gejala sosial dengan apa yang ada didalam Al-qur’an karena biasanya Al-qur’an hanya ditaruhkan sepenggal-sepenggal saja hanya menjadi dalil penguat ditengah kalimat pidato saja, jadi hanya sekedar menyampaikan pemikiran saja, akhirnya Orang malah lupa Al-qur’an maknanya seperti apa. Kalau tidak seperti itu, orang malah asyik menjadi seorang ulama’ atau ceramah saja, dan akan hancur secara perlahan para Penghafal Al-qur’an(Hafidz).
            Sebaliknya Al-qur’an apabila dianggap esensial yang mampu memberikan informasi,motivasi serta perintah yang empiris  dari Sang Khalik yakni Allah Swt dan Al-qur’an sebagai penyempurna dari Kitab-kitab terdahulu.  Beberapa kitab ini sudah hilang keotentikannya serta yang sudah diubah oleh manusia, tapi Al-Qur’an tetap tanpa mengalami perubahan karena dipelihara oleh Raja diRaja yakni Allah Swt. Jadi bukan kitab Raja, tapi Kitab untuk seluruh umat manusia.  Dan diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.      




            2.2 Visi dan Misi Mengembangkan dan Membumikan Al-qur’an
          Bagaimana memperjuangkan Al-qur’an sekaligus manhaj atau Sumber hukum Islam adalah melahirkan motivasi atau dorongan kearah pengembangan intelektual, jadi Orang tua akan berpikir kedepan bagaimana mengasah otak anaknya, dan tentunya akan diasah melalui kecil agar dewasanya mampu menyuarakan agama dengan ilmu dan kesadarannya serta akan mampu mentadaburi Al-qur’an.
            Karena tidak sulit bagi Orang tua untuk mengajak anaknya melaksanakan ibadah-badah harian seperti shalat, puasa,berdo’a, dzikir, lebih-lebih membaca Al-qur’an yang anaknya sendiri tidak tahu apa yang dilakukan dan apa tujuan belajarnya, namun Al-qur’an akan menjadi biasa baginya karena akan teringat dan terekam sampai dewasanya, kenapa Para Pemuda sekarang banyak yang bangor, kuping kiri mendengar, kuping kanan akhirnya ceplos saja keluar karena tidak dididik melalui pengasahan otak dari kecintaan menghafal Al-qur’an.
            Selanjutnya, setelah kuat spritualitas keagamaan dan memahami Al-qur’an didadanya(dipahami dan dihafal), maka akan lahir kesadaran menjalankan amanah mulia untuk berdakwah karena agama Islam adalah agama Da’wah sebagaimana dalam Al-qur’an surah Al-Imran(3;104)
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.
Beruntunglah didunia mempunyai derajat tinggi disertai ilmu yang luas ,pengalaman, dan diberikan rizki oleh Allah Swt. Itulah mengapa pentingnya melaksanakan seluruh elemen-elemen agama yang secara utuh dan kalau bisa lengkap(konfrehensif) jadi tolak ukurnya kemampuan seseorang untuk mempunyai landasan agama yang hakiki.
            Melalui Al-qur’an isi atau materi yang disampaikan apabila terus dikaji dan ditelaah secara filosofis tentu memuat kebenaran-kebenaran yang ilmiah dan dapat membangun peradaban karena ada unsur pelajaran dan pengamatan,
            Karena semangat dakwah masih kita akan laksanakan dari paham  Iqra’ “Bacalah”. Itulah makanya akan lahir Aqidah yang mampu meyakini bahwa hidup kita itu ada yang mengatur ada yang mengawasi jalan hidup,tujuan hidup dan bahwa semua akan kembali kepada Allah Swt serta melihat awal kejadian manusia yang diterangkan didalam Al-qur’an yang berdampak yakinnya kita bahwa kita tidak akan berprilaku sombong karena hakekat penciptaan yang ditemukan para Pakar Ilmu kedokteran menganggap hal tersebut sebagai sebuah hal yang nyata. Allahu Akbar.
Fungsi Al-qur’an yang menerangkan betapa peranan Aqidah Islam secara benar sepeti didalm Qs. Al-kahfi : 29
            Kebenaran itu datangnya dari Tuhan kita yakni Allah Swt, maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Allah telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka menginginkan minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.
.
Luar biasa, yang diinginkan tentu tempat istirahat yang baik yakni syurga Allah Swt.
            Seorang Muslim harus mengimani Kitab Suci Al-qur’an karena merupakan Kitab yang terakhir dan berfungsi sebagai Nasikh dan membenarkan bagi Kitab-kitab yang dahulu, serta daapat menjadikan Al-qur’an sebagai Hudan atau petunjuk bagi manusia. Amin ya Robbal ‘alamin,
            Orang yang pantas untuk dijadikan iri  adalah Orang yang mau mempelajari dan  membaca AL-qur’an dan itulah yang pantas dijadikan hasad atau iri, karena banyak Orang cenderung menghafal lagu-lagu modern daripada ayat-ayat Al-qur’an, Komunitasnya Anak Gaul. Kalau gaulnya kearah Islam tentu baik, namun yang ada memuja kecanggihan elektronik yang semata-mata dijadikan sembahan bagi umat manusia, khususnya bagi umat muslim dari pihak Ikhwat dan Akhwat.
            Bagaimana mengamalkan ajaran Al-qur’an kalau pribadi masih belum mantap kecintaan kepada Al-qur’an. Semua kecanggihan dan fasilitas-fasilitas tersebut telah melalaikan umat manusia, dia lupa akan kembali kepada Allah Swt dan Dia lupa akan mati dan menjadi kuyu dikuburan sendirian yang menemani hanyalah amal baik dan buruknya.
            Memang keimanan orang masing-masing pribadi itu berbeda, ada yang kuat ada yang lemah. Dari segi kuat tidak hafalan Al-qur’annya pun tidak sedikit. Karena kemampuan mengingat pada manusia itu membutuhkan kemampuan mengingat yang baik, nah dalam hal ini maqamnya yang berbeda, boleh jadi seorang Da’i akan senang berargumen dengan kata-katanya karena tidak mampu untuk mengingat hafalan-hafalan yang banyak. Dalam melihat kejadian seperti ini sah-sah saja bagi Da’i atau Penceramah untuk menyampaikan dakwah birhalnya karena niat awalnya adalah jihad dan menjadi umat yang terbaik dengan menyeru kebaikan dan mencegah keburukan.
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
            Dengan demikian, siapapun boleh menjadi seorang Da’i atau Penceramah kepada masyarakat Islam. Namun Kenapa Para Da’i  ditekankan untuk bisa memahami Al-qur’an?
            Karena memang Al-qur’an syarat dengan mengalahkan perbedaan keyakinan dan memberantas sikap keyakinan palsu manusia. Apabila dituntut untuk berdebat diantara manusia silahkan saja karena dengan Al-qur’an yang dipahami semua makna dan kandungannya akan meembawa pada suatu hikmah.
            Hikmah yakni objek kebenaran yang didapat melalui ilmu dan akal, tentu dengan memahami Al-qur’an juga akan mencegah berbuat bodoh, membuat sesuatu menjadi lebih baik lagi, dan tentu segala bentuk hal-hal yang sifatnya anarkis artinya tidak terarah, tidak teratur dapat terhindarkan.
             Orang berkata dengan sesuatu yang utama toh, dengan ilmu yang utama pula. Karena dituntut kecermatannya dalam segala urusan keagamaan, dan tentu hikmah juga akan membawa pada kebijaksanaan karena paham betul apa yang disampaikan.
            Sekaligus Penulis tekankan bahwa masalah pokok yang menjadi materi dakwah adalah Aqidah Islamiyah terhadap Al-qur’an. Karena dari inilah yang akan membentuuk watak dan jati diri Para Da’i atau Penceramah dimana Aqidah atau keimanannya tertuju pada Sumber rujukan pertama yakni Al-qur’an itu sendiri. Karena inilah yang wajib diimani.
            Maka Da’i atau Penceramah ini harus bisa blak-blakan menjadikan hal yang paling mendasar yakni materi urgensi Al-qur’an sebagai Sumber Hukum Islam yang pertama, disana nantinya juga diperkenalkan bahwa Allah adalah Tuhan yang esa, tidak berkongsi, tidak berserikat dan berbagi kekuasaan, tidak berebut kekuasaan, itulah yang menjadi pegangan hidup hidup kita dan ajaran tauhid yang esensial dan bukan Tuhan yang memiliki tiga jism yakni Tuhan Ibu, Tuhan Bapak, Tuhan Anak.
            Memang kajian mumalah sungguh penting, namun presentase sajian ceramah jika di ukur tolak ukur dan mekanisme pelaksanaan Da’wahnya hanya bagian itu-itu saja, dan justru hampir sama  ending ceramah dengan agama-agama lain. Karena itu bagaiamana sekarang seorang Da’i mampu mengemas pesan Da’wahnya dengan memberikan pandangan tentang Al-qur’an.
            2.3 Memahami Bahasa Arab Menambah Kualitas Kecintaan pada Al-qur’an
            Kajian Al-qur’an sering dibahas didalam pengajian Nuzulul Qur’an. Karena Acara tersebut sesuai ruang dan waktu, berkaitan juga dengan sasaran dan tujuan yang dikehendaki Penceramah. Namun harus sering bercermin pada acara Pengajian Nuzulul Qur’an agar dampak pelaksanaan Sharing Al-qur’an bisa dirasakan pada setiap mopmentum dan even-even pengajian atau acara-acara ceramah.
            Proporsi terbesar Sumber Hukum Islam memang berkaitan dengan urusan muamalahnya agar terbina kemaslahatan bersama dimasyarkat. Tapi tanpa obat penangkal yakni Al-qur’an sebagai penangkal segala maksiat, maka harus disertakan Al-qur’an dalam bagian Da’wah Para Da’i atau Penceramah. Karena banyak penggoda-penggoda yang selalu menemani manusia, ketika diperdengarkan Al-qur’an  sikapnya acuh tak acuh dikarenakan tidak paham apa yang diabaca oleh Qori’, Orang malah akan menangis dan terharu dengan hakikat kebahasaan Al-qur’an yang tinggi.
             Sekarang yang terjadi adalah Orang mengerti dan merasa tersentuh hatinya hanya dengan sebuah lagu idamannya, membaca Al-qur’an mereka katakan adalah biasa saja, toh mereka tak paham artinya, manakala Al-qur’an telah dibumikan artinya diamalkan dan disebarkan serta menjadi kurikulum pembelajaran disekolah maupun instansi pendidikan dan agama maka akan tercerminlah Al-qur’an yang maju dan terdepan.
             Karena Pemimpin atau Pemerintah  hanya ingin agar dinaikkan jabatannya dan mendapatkan hak finansial, apakah tidak berbahagia apabila masyarakatnya dilengkapi dengan Akhlak Al-qur’an. Boleh jadi alasannya mengikuti Pemimpin-pemimpin lama yang mencetus proklamasi serta pembuat Undang-Undang Negara, artinya apakah ketika Al-qur’an hanya dijadikan relitas dikehidupan, namun tidak disertai penegakkan nilai-nilai Islami maka Orang akan cenderung berbuat sekehendak nafsunya.
            Boleh jadi semua agama mengajarkan kebaikan,  namun kebenarannya yang akan berubah dan akan dibenarkan oleh Islam, misalnya injil (pasal 7 ayat 21) :”Bukankah Orang yang berseru Tuhan(kepada Isa) yang akan masuk kedalam kerajaan syurga, tapi sejatinya Nabi Isa menolak diakui Tuhan.. Jadi yang benar Isa adalah Rasululloh semata, dan akhirnya Isa akan digantikan oleh Nabi Muhammad Saw yang sebagai KhatamanNabi.
            Untuk apa percaya dengan dogma-dogma agama atau kepercayaan dari cerita-cerita atau dongeng  yang berkembang sepanjang zaman,  namun tidak berbeda sekarang semua agama, yang berbeda adalah pengamalan agama, jadi sama didalam gaya hidup, gaya pakaian, gaya hidup modern.
             Pengikisan iman dan Aqidah sudah merebak. Apa yang ditayangkan dari tayangan syetan yang berbentuk manusia terbuka aurat, media yang sifatnya porno. Dan yang laris sekarang adalah tayangan-tayangan modernisasi. Itulah Ghazwul fikri atau perang pemikiran yang berkembang, nah kuartet sekarang lebih terkesan tidak terarah.
            Siapa yang diikuti dan diidolakan, yang diidolakan adalah figure-figure yang membuat hidupnya hanya terkesan hidup modern dan canggih, silahkan membuktikan bahwa di Internet Para Blogger malah sangat gencar menyerang dengan pemikirannya dan dengan promosi iklan, sponsor bahkan kontributor yang membaawa kemakmuran masyarakat dengan gambar-gambar serta audio visual yang kehilangan makna islamnya, nah Islam pun banyak diinternet, lebih-lebih bernyanyi dan bersenandung.
            Mereka menyanyikan lagu Islami, namun laki-laki berpakaian seolah-olah wanita dengan memakai anting-anting, memakai kacamata yang berlebihan, shalat memakai pakaian yang seadanya tanpa adab, Nah kalangan umat Islam jadinya ikut arus dengan agama lain bahkan yang tidak punya agama, yang bahkan hanya mempunyai  dari segi kebudayaannya saja. Padahal hal itu sangat dilarang oleh Allah Swt dan dilaknat orang yang meniru perilaku lawan jenisnya. Ini asalnya dari agama Islam sendiri yang berpenampilan amburadur, bagaiamana Agama lain, kita akan semakin rusak akhlakul karimahnya, dan yang menonjol adalah Akhlak yang kebarat-baratan atau Western Political Value.
Allah Swt berfirman  didalam Al-qur’an Surah Fushshilat ayat 26:
 
            “Dan orang-orang yang kafir berkata: ‘Janganlah kamu mendengar Al Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka’.(QS. Fushshilat ,41: 26).
            Dari ayat tersebut sudah nampak bahwa umat Islam sudah akan kalah jika tidak
memahami Aqidahnya.
            Dan akan menciptakan arus seperti arus hidup orang lain yang hidup bermegah-
Megah-an, sehingga lidah manusia akan cenderung mengikuti lagu-lagu, puisi, dan
Cerita-cerita  modernisasi.
            Air apabila terus diisi dikendi maka akan semakin penuh, sama ibaratnya manusia
lebih-lebih umat Islam apabila terus ditembakkan dengan peluru-peluru modernisasi maka
yang terjadi dia akan lupa dengan agamanya, inilah perang pemikiran, kecintaan pada
Alqur’an menjadi hilang.  Ini yang akan dilakukan secara bertahap.
            Satu bulan berlalu, lewat  satu tahun, terus berganti abad maka siap-siaplah rezim Non
Islami yang memimpin umat Islam,  karena itu saya hanya mengajak perbaiki kurikulum
Sekolah atau  madrasah dan perkuliahan serta perbanyaklah merenungi dan mentadaburri Al-
qur’an. 
            Konseptualitas hidup manusia akan sangat ditentukan dari sekarang. Ibda’ binafsina
mulailah dari diri kita, lebih-lebih Para Pemimpin, janganlah terkesan hanya ingin kaya,  
Mushabaqah Tilawatil Qur’an dan Para Hafidz justru diabaikan dan dianggap remeh.
            Lebih lanjut lagi, media elektronik Islam dikagetkan dengan pemikiran yang membuat Umat Islam malah semakin jauh dari islam yakni menyediakan sajian Al-qur’an, kemudian dilengkapi dengan gambar-gambar makhluk halus seperti ji,syetan bahkan hal yang menjadi Syariat Islam seperti pengantaran jenazah yang membuat umat malah semakin takut menonton dan menyaksikan media elektronik tersebut, karena memang isi pesan tersebut bagus yakni mengingatkan umat Islam dari kematian.
            Namun  yang menyebabkan umat Islam itu takut adalah karena sudah ada media-media yang berada lebih dulu sebagai pemicu ketakutan,Contohnya: Syetan beranak didalam Kubur, Sundel bolong, Tuyul, Genduruwo, dan lain-lain. Umat Islam yang baik maka akan berdampak dalam keyakinannya, artinya akan meninggalkan jauh-jauh media yang berisikan bacaan Al-qur’an namun gambar atau videonya disertai dengan pengantaran jenazah untuk dikuburkan. Nah inilah Islam yang sudah tertinggal dari Manhaj utamanya yakni Al-qur’an. Dia akan sangat terpengaruh oleh media luar ketimbang harus melihat Islam yang Haq.       Padahal Media bisa dijadikan lahan Da’wah, tapi karena sudah dikalahkan oleh media-media yang membuat manusia jauh dari media Da’wah, dan akhirnya digantikan dengan media yang menyajikan hiburan semata.
            Karena itu kalau sudah dididik masyarakatnya oleh Para Da’i ini dengan iman bahwa Allah Swt yang berhak disembah, apa yang dijawab sekarang untuk menyikapi pemaknaan tersebut bagi Orang yang suka melakukan pengingkaran terhadap ayat-ayat Allah Swt atau Al-qur’an, Islam kan mengakomodir tradisi shahih yang berlaku dimasyarakat misalnya musik, dangdutan, Pop dan lain sebagainya, itu semua bentuk ekspresi pengagungan dan rasa syukur kepada Allah Swt.
            Memang hal itu diterima karena membangun kreatifitas, tapi sampai-sampai para Publik Figure ini hanya mencari kehidupan dunia saja, meskipun yang dinyanyikan atau diberikan kepada masyarakat adalah sifatnya baik, bahkan lagu yang berbau Agama. Nah, kondisi inilah yang membuat Islam tidak berkembang, dan dampaknya Islam akan dikikis sedikit-sedikit dan akhirnya tak ada peninggalan Hukum Syariat Islam meskipun dinyatakan didalam Al-qur’an :
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.
            Maka ada Allah Swt yang menjadikan Al-qur’an untuk dipelihara melalui Firmannya, dan akan mampu dijaga apabila manusia mampu menguasai Al-qur’an pada Al-“ilmu Fi ssudur(Ilmu itu pada dada atau hafalan) jadi bukan pada teks atau buku Al-qur’an tersebut yang disebut sebagai pemelihara. Artinya apabila akan dimasukkan dilemari pun bisa jadi dipelihara oleh manusia, secara umumnya dirawat. Nah, dari hal ini perlu dilakukan kader-kader Generasi Agama yang siap pakai, sanggup meneruskan cita-cita agama yang telah dirintis oleh Nabi Muhammad Saw beserta Sahabat-Sahabatnya.
            Kualitas suatu bangsa dan agama ditentukan dengan Ilmu dan lebih-lebih kemampuannya secara mantap didalam penguasaan agama, jadi yang merasa menjadi Pelaku Da’wah seharusnya menekankan urgensi Al-qur’an untuk dipahami, dikaji dan diamalkan.
            Karena itulah yang menjadi azam Para Da’i atau Penceramah, karena itu akan berdampak baik . Kalau amalan penyampaian pentingnya Al-qur’an tidak mau disampaikan, artinya sama saja dengan arti kebiasaan baik ditunda, kebiasaan yang buruk dilestarikan, dan sama saja halnya juga dengan peniadaan Al-qur’an atau menghapus Al-qur’an dari bumi ini.
            Karena kalau tidak sekarang, maka apa harus pada acara Perayaan Nuzulul Qur’an, karena belum tentu Allah Swt akan memanjangkan umur umat manusia, dan apakah akan menunggu panggilan Allah Swt, maka dari itu mulailah dari sekarang bagaiamana mengemas pesan Da’wah agar tersampainya Al-qur’an sebagai Firman Allah ini dapat dijadikan sebagai Pedoman umat Muslim dan Al-qur’an akan terus lestari karena setiap tahunnya ada banyak Penghafal-Penghapal Al-qur’an yang sudah sangat mencintainya, dan juga tidak membebankan tugas Tahfidzul Qur’an dan Pentadaburran Al-qur’an kepada Ulama’ saja, namun minimal diberikan kesadaran kepada masyarakat awam atau masyarakat kritis bahwa mereka akan mendidik Anak-anak atau generasi dan Pemuda-Pemudi untuk gemar berjihad didalam membangun dan menegakkan Agama Allah Swt.
            Kemudian bagaiamana hati Para Masyarakat akan menjadi Bergetar ketika dibacakan Al-qur’an, maka tentu harus memahami bahasa Arab. Dan bahasa Arab disamping itu juga Hafalan-Hafalan Al-qur’an lebih dulu juga harus ditekankan. Jadi ada negosiasi penggunaan bahasa, paham Al-qur’an tentu memahami Bahasa Arab.
“Sesungguhnya Kami menjadikan Al Qur'an dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya).
            Sekedar mengingatkan pribadi yang belum bisa memahami Al-qur’an berikut harus dipahami dulu terjemahanya,  jadi umat manusia dituntut menjadi Ulama’ melalui ceramah-ceramah kita dan bukan  malah mengikuti kemegahan dunia seperti yang disampaikan oleh Allah Swt didalam Firmannya dalam Qs. Asshaf: 5
“Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik”. (QS. Ash-Shaf:5)
           
Mengapa pemilihan kata yang benar didalam mengkomunikasikan materi yang berjudul pentingnya Al-qur’an agar dapat menyentuh hati para Audiens atau Masyarakat Muslim karena Da’i atau Penceramah ini harus bertujuan yakni menekankan adanya perbaikan umat serta membangun agama dimasa yang akan datang, karena harus ada yang mampu menggantikan dan melanjutkan amanat mulia sebagai seorang Tahfidz dan Mufassir Al-qur’anyang handal.
       Oleh karena itu penyampaian da’wah  harus tegas, fasih dan mengena sasaran. Didalam Khutbah jum’at pun sebagai moment perkumpulan umat muslim terutama jama’ah laki-laki, karena merekalah yang akan mengajarkan dan mendidik  keluarganya menjadi lebih baik dan bertaqwa lebih-lebih dalam mengimani Al-qur’an.
       Kalau Al-qur’an sudah dilupakan maka karunia Allah Swt yang berupa rahmat untuk seluruh manusia ini, dan sebagai petunjuk serta rujukan umat Muslim ini maka siap-siap saja Al-qur’an akan lenyap dan hanya dijadikan sebagai uslub atau jalan mencari kekayaan bagi Para Da’i atau Penceramah.
       Kita telah melaksanakan shalat, puasa,berdo’a, berdzikir kepada Allah Swt, namun pernahkah terpikirkan amalan tersebut ditujukan untuk siapa, sepertinya sangat rajin membaca Al-qur’an alias mengaji, namun mereka tidak mendapatkan apa-apa karena tidak mengambil pelajaran didalamnya.
       Karena itu perjungan dan keikhlasan sangat diperlukan untuk memulai dakwah kepada Para Jama’ah Muslim agar benar-benar mau belajar Al-qur’an.
       Karena itu sebelum semua itu terlambat, dan menjadi sebuah krisis Aqidah serta kebinasaan bagi manusia karena tidak mau belajar dan mengajarkan Al-qur’an serta mengimaninya, maka Penulis mengajak agar segera mengkader Para tahfidz dan Mufassir Al-qur’an yang handal dibidangnya dan agar khasanah keilmuan manusia tidak terhenti dan tentu Al-qur’an tersebut akan dicabut oleh Allah Swt dari peredarannya didunia ini.
       Pengasahan otak dan kemampuan para Tahfidz dan Mufassir inilah yang akan menajadi Pelopor Intelektual Islam dimasa depan
Didalam Al-qur’an  Surat Al-isra’; Allah Swt Berfirman:
 
Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Qur'an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud,
Karena itu, jika kita memahami dan menyadari bahwa betapapun giatnya usaha kita didalm memenuhi amalan-amalan agama tentu masih terdapat kekurangan didalam diri kita masing-masing, dari sekian banyak perintah agama pasti masih ada sebagian yang belum kita penuhi, oleh karena itu mari kita perbaiki kesalahan kita dan kita kejar kekurangan kita dan senantiasa mengutamakan Al-qur’an ditas segalanya bahkan diatas kemegahan dunia ini, agar kita terhindar dari azab yang pedih disebabkan karena kelalaian dan menghianati Allah Swt dan Rasululloh Saw.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar