2.1 Ketika Al-Qur’an Tidak
Menjadi Pokok-Pokok Materi Dakwah Islamiyah
Berfikir bagi
manusia, berkarya, bahkan menunjukkan keterampilan dalam hal berdakwah bisa menjadi hal yang membuat diri
seseorang berguna bagi Orang lain. Namun jika jiwa kita lemah, tak ada motivasi
yang membuat kita semangat. Lantas apa Obat yang menjadi pelipur lara manusia
di zaman modern ini?
Sesungguhnya Orang
yang pintar berdakwah yakni mampu menyampaikan pesan dan komunikasi dakwahnya kepada khalayak dan juga dia mempunyai
masa depan yang jelas tentang hasil
dakwahnya, namun apabila isi atau cara penyampaian hanya disertai argumentasi
pemikiran tanpa berpijak pada Al-Qur’an maka akan menjadikan bahwa hal-hal yang
dikomunikasikan atau disampaikan melalui dakwahnya tersebut hanya berupa
ungkapan pemikiran semata, orisinalitas Al-qur’an sudah tidak dilihat lagi.
Memang
menyampaikan pesan kepada audiens atau khalayak harus berdasarkan tauladan dan mampu
menyentuh naluri manusia, baik dari kesedihan, kesenangan, dan amanat yang
disampaikan, nah tersampainya pesan dari pesan yang disampaikan tadi akan bisa atau tidaknya dalam menyentuh hati orang lain
tergantung dari cara menyajikan dakwah yang dikemas melalui pentingnya Sumber
referensi yakni Al-qur’an.
Karena ideologi Al-qur’an
bahkan dilupakan seiring jalan dengan
kemampuan dia mengolah pesan dakwah. Nah,
inilah yang menjadi Ideolog atau Akidah Penyampaian dakwah tanpa disertai
kalimat-kalimat Al-qur’an. Soal motivasi dan keyakianan memang kehadirannya
menggugah semangat dan bertujuan untuk kemajuan
orang lain.
Ada arah yang
membuat Al-qur’an sebagai pesan yang harus disampaikan justru kalah, Orang
lebih cenderung berbicara Hakekat Taubat, Taat Kepada Pemimpin,Mukmin Yang
Kuat, Tanda-Tanda Orang Munafiq, Ikhlas Dalam Beramal, dan sebagainya
didalam Masyarakat secara umum.
Apa yang menjadi
kendala-kendala Para Da’i,Khatib bahkan Penceramah kelas atas meninggalkan
Urgensi atau pentingnya Al-qur’an
didalam kehidupan. Darimana orang akan mendapatkan inspirasi untuk menghafal
Al-qur’an sedangkan yang dibahas pada even ceramah hanya bersifat muamalah
saja, namun azam yang harus ditekankan adalah menanamkan kecintaan kepada
Al-qur’an sebagai bagian yang mendukung agama Islam bisa exis sampai sekarang.
Jadi yang exis malah timbul figure-figure Pendakwah
yang terkesan lucu dan nyeleneh, bukan Ustadz atau Da’i yang Ahli tadabbur
Al-qur’an yang mampu memberikan semangat dan dorongan kepada masyarakat untuk
terus mengkaji Al-qur’an walaupun dilihat dari segi watak dan jati diri
masyarakat yang lebih suka hiburan didalam dakwah yang disampaiakan oleh Para
Da’i atau Penceramah.
Jadi masyarakat hanya cenderung mengerti tidak
ingat dengan Urgensi atau pentingnya Sumber
Hukum Utama Islam, jadi yang ada mengaji alias membaca saja tanpa
disertai kajian-kajian atau mentadaburi skaligus mempelajari Ilmu-Ilmu
Al-qur’an, lebih-lebih mau menghafalnya.
Jarang ada yang bisa seperti itu, bahkan
anehnya ketika dilombakan para Da’i dan Da’iah dari masyarakat Indonesia secara
umum, yang menjadi juara siapa?
Orang-orang yang hanya ahli bidang umum,
dibanding Da’i lain yang pandai mengolah
pesan melalui referensi Al-qur’an.
Orang yang
bersemangat dalam berdakwah sekaligus mengkomunikasikan pesan-pesan yang ada
didalam Al-qur’an itu tidak terlepas dari Motivasi dan keyakinannya yang mantap
dari Al-qur’an itu sendiri.
Nah, bagaiamana
menanamkan kecintaan,keyakinan kepada masyarakat sebagai seorang Audiens. Dan lebih
khusus kepada Anak, dari kecil sudah harus dimulai untuk diberikan bekal
hafalan Al-qur’an dan memotivasi Masyarakat awam agar mau belajar Al-qur’an dan
mengajak dan mendorong Anak-anaknya
untuk mencintai Al-qur’an.
Nah itulah peranan
Da’i, Khatib, bahkan Penceramah sebagai
Motivator didalam mengemas pesan Dakwah, Alhasil Al-qur’an sudah bisa dijadikan
sumber motivasi terkuatnya didalam berdakwah, Orang akan senang berdakwah
menyampaikan pesan-pesan Islam yang ada didalamnya terkandung materi Al-qur’an, karena sudah menemukan makna
dari apa yang kita yakini sebagai sebuah wahyu, kenyataan dari Allah swt.
Karenanya penting
bagi Da’i atau Penceramah yang akan menyampaikan dakwahnya harus mengambil
langkah keseriusan, menyiapkan kecintaan pada Al-qur’an itu sama halnya dengan
siap untuk melanjutkan amanat mulia untuk berdakwah langsung kepada masyarakat
Islami.
Kalau Kitab-kitab Allah adalah kitab suci yang
diturunkan oleh Allah kepada Para Nabi dan Rasulnya untuk disampaikan kepada
umatnya, masa iya Sebagai Da’i di Fakultas Dakwah secara umumnya Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam, Kita juga tidak menyerukan untuk kembali kepada
sumber rujukan yakni Al-qur’an.
Karena banyak Para
Orang tua yang sudah tidak bisa membaca Al-qur’an, dan tidak sedikit Anak-anak
yang justru sekedar hanya bisa membaca. Nah dari sini sudah harus mulai mendidik
masyarakat dengan sungguh-sungguh agar mereka mau memberikan motivasi kepada
Anak-anaknya mempelajari ilmu-ilmu yang ada hubungannya dengan Al-qur’an
lebih-lebih mengamalkan isi Al-qur’an secara konfrehensif dan baru kemudian menjadi
Da’i yang benar-benar professional.
Silahkan menjadi Da’i atau Penceramah dan melaksanakan Amar ma’ruf
nahi munkar kepada umat manusia, baik melalui media elektronik atau cetak bahkan
secara lisan ditengah-tengah masyarakat. Namun memulainya dari kita sendiri
untuk memantapkan Aqidah kepada Al-qur’an dulu secara hikmah, yakni menjadi
berilmu Al-qur’an,sabar, jujur dan menjadi bijaksana ketika sudah menghafal
Al-qur’an. Itulah Da’i yang memulai
langkah Da’wahnya menyeru kebaikan dan mencegah keburukan dengan indikator
awalnya cinta Al-qur’an.
Titik fokus ditekankan
untuk mengajarkan Al-qur’an dahulu, karena sumber motivasinya untuk bergerak
kedepan, dan terus membangun kemapuannya itu dimulai dengan bahasa Al-qur’an.
Kapan harus dimulai, Anak diajarkan Al-qur’an boleh jadi umur dua atau empat
tahun agar meyakini betul akan esensi atau makna sebuah agama.
Jadi tidak
terkesan omong doang yang dilihat masyarakat adalah mampu tidak seorang Da’i
mempunyai hafalan sebagai Hafidz sebelum bisa menjelaskan perihal agama, orang
cenderung berfikir, dirinya saja masih banyak kesalahan dalam Tajwidnya, masa
iya akan menjadi Penceramah yang kelas atas. Sebagaimana
yang dia ketahui hanya ayat-ayat pendek saja. Luar biasa masyarakat awam berfikir
seperti itu. Jadi sekarang bukan dilihat dari segi penampilan yang berwibawa
artinya komunikasi juga bersifat non verbal yakni melalui model pakaian,
sikapnya, tingkah laku serta kelihatan dari pengalaman bergaul atau interaksi
serta cara menjalankan agamanya dikehidupan sehari-hari, namun tidak dilihat
kearah sana saja, tapi masyarakat atau orang-orang ini cenderung melihat mampu
tidak Dia mempunyai landasan Teori yang relevan yakni Al-qur’an termasuk hadits
Rasul(manhaj Nabawiah) sebagai Pegangan Da’wah Birhalnya.
Al-qur’an.sebagaimana
diketahui, melalui Lembaga Ittihad yang berorientasi pada Penghafal Al-qur’an
justru akan membaawa kualitas baik bagi para Calon Da’i Da’iah dari kalangan
Mahasiswa- Mahasiswi.
Nah, itulah
fenomena yang disinyalir masyarakat awam, masyarakat ini memang banyak yang
tidak menghafal Al-qur’an namun mereka tugasnya hanya menilai saja terhadap
penampilan para Da’i tersebut, termasuk Penulis. Ketara sekali Penceramah yang hanya mementingkan
kualitas jenaka atau nyelenehnya nya ketimbang kualitas hafalan Al-qur’an yang
seperti kita lihat di Televisi ada beberapa Ustadz yang memang kalau berbicara
masalah Islam lebih-lebih bacaan Al-qur’annya,
masih amburadur ibarat Mahasiswa semester satu.
Jadi sangat
penting menekankan kewibawaan dengan Al-qur’an, jadi harus serius, namun
mengarah kepada No be left over (tidak berlebihan). Jadi tersampainya pesan Dakwah tersebut dan
pesan dari kesan tadi memang dari pembawaan naluri, nah apabila Penceramahnya
terkesan hanya dari tampang kemudian lulusan dan juga basic akademisi agamanya
masih sangat parsial dalam artian setengah-setengah. Masa iya itu yang menjadi
Juara satu Da’i Muda Pilihan.
Sedangkan Remaja Lombok kita, Dia mampu menyuarakan kebenaran Islam dalam
Kontes Da’i Muda Pilihan malah justru sangat cepat kalah dan sekarang posisinya
tetap terlupakan di Lombok Tercinta ini, itulah keadaan umat kita.
Coba lihat Artis Lombok sebagai penyanyi
Dangdut diminta memimpin mendoakan para Korban Tsunami yang sudah tewas oleh
bencana Gempa dan Banjir tersebut, apa yang dia
baca didepan khalayak, bacaan agar menjadi pintar atau cerdas bunyinya
kurang lebih: “Allahumma ‘allimna maa jahilna wa dzakkirna ma nasina wa
fahimna maa la nafham wazidna ‘ilma wa al hiqna bissholihin”.
Lalu apa yang terjadi, audiens beserta dewan juri malah mengAminkan do’a
tersebut, padahal do’a yang seharusnya kan :
"Ya Tuhan kami, beri ampunlah
kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan
janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang
yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha
Penyayang".(Qs.Al-hasyir 10).
Nah karena IAIN
membuat program terencana dalam Ittihad wal Qurra termasuk didalamnya Tahfidz,
Tafsir,syarhul Al-qur’an, dan sebagainya itu diharapkan Mahasiswa-Mahasiswi
menjadi Pembelajar yang mandiri melalui pembinaan Bidang keilmuan Al-qur’an
ini. Budaya menghafal serta di didik menjadi Ahli Tafsir itu semua sangat
relevan dengan bidang keilmuan menjadi seorang Da’i atau Da’iah yang akan
mengembangkan ajaran-ajaran Islam ditengah masyarakat.
Karena kalau kita
tidak segera mengajarkan dan mengkomunikasikan tentang pentingnya Al-qur’an
didalam kehidupan, maka manusia jauh akan dibuntuti oleh peradaban yang sudah
dimajukan kualitasnya menjadi sangat modern yang tak mengindahkan norma-norma
atau aturan-aturan Islami, benar sekali belajar agama lebih-lebih mentadabburi
Al-qur’an harus dilakukan setiap hari, ketimbang harus bermegah kesana kemari
yang dampak akhirnya tidak menyelamatkan dibelakang hari.
Membumikan
Al-qur’an? Sah-sah saja dan itulah yang kita harapkan dan bisa mengikuti jejak
Rasulullah menjadi pribadi yang berakhlak Al-qur’an, membumikan musik?
Lama-lama Al-qur’an kalah saing dengan budaya-budaya modern ini, karena itu
perlu tampil Para Da’i yang sukses dan
akan sering didalam berdakwah tentang Al-qur’an, dan tidak hanya muamalah yang
temanya itu-itu saja.
Memahami Al-qur’an
itu hak setiap muslim( DR Muhlis Hanafi), namun harus ada yang menjadi Ahlinya.
Karena Para Penyuluh agama yang mumpun didalam memahami kajian Al-qur’an hanya
beberapa Orang saja di Indonesia, tidak termasuk Penulis.
Karena itu tugas
seorang Da’i adalah menyampaikan pesasn-pesan yang mengandung tema
pentadaburran Al-qur’an yang dalam artian mengkaji Al-qur’an dengan analisis
yang mendalam. Karena harus ada yang memeliharanya, dan juga mengamalkan apa
yang terkandung didalam Al-qur’an.
Al-qur’an sendiri
dijaga oleh Allah Swt, namun apabila tidak ditekankan untuk terus membumikan
Al-qur’an, maka yang ada Al-qur’an hanya menjadi hiasan lemari yang indah lewat
apa? Boleh jadi sampul yang berwarna-warni. Dramatis.
Maukah kita
menghampiri dan mendatangi Al-qur’an? Harus ada usaha yang kontinyu dalam
mengingatkan untuk memahami Al-qur’an dan untuk mencintainya pula.
Karena Para
Pendakwah ini akan membawa korelasi dalam membangun pola fikir dan perilaku
manusia, karena cenderung orang hanya melihat kuantitas pertemuan ketimbang
melihat kualitas hasil Dakwahnya. Kualitas yang seharusnya didambakan oleh umat
manusia adalah seorang Da’i atau Penceramah yang mampu memberikan sumbangsih pemikirannya
yang sintesis artinya mempunyai jalan pemecahan, dan senantiasa mengajak kearah
yang sangat fundamental. Al-qur’an inilah yang akan menunjukkan manusia ke arah
perubahan Akhlak karena perintah yang sifatnya baik tadi harus dimulai dari
akhlak yang diajarkan didalam Al-qur’an sehingga manusia bisa menjadi Al-qur’an
yang berjalan.
Seharusnya metode
yang dipakai bisa dengan membacakan Al-qur’an kemudian memposisikan fenomena
atau gejala sosial dengan apa yang ada didalam Al-qur’an karena biasanya
Al-qur’an hanya ditaruhkan sepenggal-sepenggal saja hanya menjadi dalil penguat
ditengah kalimat pidato saja, jadi hanya sekedar menyampaikan pemikiran saja,
akhirnya Orang malah lupa Al-qur’an maknanya seperti apa. Kalau tidak seperti
itu, orang malah asyik menjadi seorang ulama’ atau ceramah saja, dan akan
hancur secara perlahan para Penghafal Al-qur’an(Hafidz).
Sebaliknya
Al-qur’an apabila dianggap esensial yang mampu memberikan informasi,motivasi
serta perintah yang empiris dari Sang
Khalik yakni Allah Swt dan Al-qur’an sebagai penyempurna dari Kitab-kitab
terdahulu. Beberapa kitab ini sudah
hilang keotentikannya serta yang sudah diubah oleh manusia, tapi Al-Qur’an
tetap tanpa mengalami perubahan karena dipelihara oleh Raja diRaja yakni Allah
Swt. Jadi bukan kitab Raja, tapi Kitab untuk seluruh umat manusia. Dan diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.
2.2 Visi dan Misi Mengembangkan dan Membumikan Al-qur’an
Bagaimana memperjuangkan Al-qur’an sekaligus manhaj atau Sumber
hukum Islam adalah melahirkan motivasi atau dorongan kearah pengembangan
intelektual, jadi Orang tua akan berpikir kedepan bagaimana mengasah otak
anaknya, dan tentunya akan diasah melalui kecil agar dewasanya mampu
menyuarakan agama dengan ilmu dan kesadarannya serta akan mampu mentadaburi
Al-qur’an.
Karena tidak sulit
bagi Orang tua untuk mengajak anaknya melaksanakan ibadah-badah harian seperti
shalat, puasa,berdo’a, dzikir, lebih-lebih membaca Al-qur’an yang anaknya
sendiri tidak tahu apa yang dilakukan dan apa tujuan belajarnya, namun
Al-qur’an akan menjadi biasa baginya karena akan teringat dan terekam sampai
dewasanya, kenapa Para Pemuda sekarang banyak yang bangor, kuping kiri
mendengar, kuping kanan akhirnya ceplos saja keluar karena tidak dididik
melalui pengasahan otak dari kecintaan menghafal Al-qur’an.
Selanjutnya,
setelah kuat spritualitas keagamaan dan memahami Al-qur’an didadanya(dipahami
dan dihafal), maka akan lahir kesadaran menjalankan amanah mulia untuk
berdakwah karena agama Islam adalah agama Da’wah sebagaimana dalam Al-qur’an
surah Al-Imran(3;104)
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung”.
Beruntunglah didunia mempunyai derajat tinggi disertai ilmu yang
luas ,pengalaman, dan diberikan rizki oleh Allah Swt. Itulah mengapa pentingnya
melaksanakan seluruh elemen-elemen agama yang secara utuh dan kalau bisa
lengkap(konfrehensif) jadi tolak ukurnya kemampuan seseorang untuk mempunyai
landasan agama yang hakiki.
Melalui Al-qur’an
isi atau materi yang disampaikan apabila terus dikaji dan ditelaah secara
filosofis tentu memuat kebenaran-kebenaran yang ilmiah dan dapat membangun
peradaban karena ada unsur pelajaran dan pengamatan,
Karena semangat
dakwah masih kita akan laksanakan dari paham Iqra’ “Bacalah”. Itulah makanya akan lahir
Aqidah yang mampu meyakini bahwa hidup kita itu ada yang mengatur ada yang
mengawasi jalan hidup,tujuan hidup dan bahwa semua akan kembali kepada Allah
Swt serta melihat awal kejadian manusia yang diterangkan didalam Al-qur’an yang
berdampak yakinnya kita bahwa kita tidak akan berprilaku sombong karena hakekat
penciptaan yang ditemukan para Pakar Ilmu kedokteran menganggap hal tersebut
sebagai sebuah hal yang nyata. Allahu Akbar.
Fungsi Al-qur’an yang
menerangkan betapa peranan Aqidah Islam secara benar sepeti didalm Qs. Al-kahfi
: 29
Kebenaran itu datangnya dari Tuhan kita yakni Allah Swt,
maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa
yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Allah telah sediakan
bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika
mereka menginginkan minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti
besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk
dan tempat istirahat yang paling jelek.
.
Luar biasa, yang
diinginkan tentu tempat istirahat yang baik yakni syurga Allah Swt.
Seorang Muslim harus mengimani Kitab Suci Al-qur’an
karena merupakan Kitab yang terakhir dan berfungsi sebagai Nasikh dan
membenarkan bagi Kitab-kitab yang dahulu, serta daapat menjadikan Al-qur’an
sebagai Hudan atau petunjuk bagi manusia. Amin ya Robbal ‘alamin,
Orang yang pantas untuk dijadikan iri adalah Orang yang mau mempelajari dan membaca AL-qur’an dan itulah yang pantas
dijadikan hasad atau iri, karena banyak Orang cenderung menghafal lagu-lagu
modern daripada ayat-ayat Al-qur’an, Komunitasnya Anak Gaul. Kalau gaulnya
kearah Islam tentu baik, namun yang ada memuja kecanggihan elektronik yang
semata-mata dijadikan sembahan bagi umat manusia, khususnya bagi umat muslim
dari pihak Ikhwat dan Akhwat.
Bagaimana mengamalkan ajaran Al-qur’an kalau pribadi
masih belum mantap kecintaan kepada Al-qur’an. Semua kecanggihan dan
fasilitas-fasilitas tersebut telah melalaikan umat manusia, dia lupa akan
kembali kepada Allah Swt dan Dia lupa akan mati dan menjadi kuyu dikuburan
sendirian yang menemani hanyalah amal baik dan buruknya.
Memang keimanan orang masing-masing pribadi itu berbeda,
ada yang kuat ada yang lemah. Dari segi kuat tidak hafalan Al-qur’annya pun tidak
sedikit. Karena kemampuan mengingat pada manusia itu membutuhkan kemampuan
mengingat yang baik, nah dalam hal ini maqamnya yang berbeda, boleh jadi
seorang Da’i akan senang berargumen dengan kata-katanya karena tidak mampu
untuk mengingat hafalan-hafalan yang banyak. Dalam melihat kejadian seperti ini
sah-sah saja bagi Da’i atau Penceramah untuk menyampaikan dakwah birhalnya
karena niat awalnya adalah jihad dan menjadi umat yang terbaik dengan menyeru
kebaikan dan mencegah keburukan.
” Kamu adalah umat yang
terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Dengan demikian, siapapun boleh menjadi seorang Da’i atau
Penceramah kepada masyarakat Islam. Namun Kenapa Para Da’i ditekankan untuk bisa memahami Al-qur’an?
Karena memang Al-qur’an syarat dengan mengalahkan perbedaan
keyakinan dan memberantas sikap keyakinan palsu manusia. Apabila dituntut untuk
berdebat diantara manusia silahkan saja karena dengan Al-qur’an yang dipahami
semua makna dan kandungannya akan meembawa pada suatu hikmah.
Hikmah yakni objek kebenaran yang didapat melalui ilmu
dan akal, tentu dengan memahami Al-qur’an juga akan mencegah berbuat bodoh,
membuat sesuatu menjadi lebih baik lagi, dan tentu segala bentuk hal-hal yang
sifatnya anarkis artinya tidak terarah, tidak teratur dapat terhindarkan.
Orang berkata
dengan sesuatu yang utama toh, dengan ilmu yang utama pula. Karena dituntut
kecermatannya dalam segala urusan keagamaan, dan tentu hikmah juga akan membawa
pada kebijaksanaan karena paham betul apa yang disampaikan.
Sekaligus Penulis tekankan bahwa masalah pokok yang
menjadi materi dakwah adalah Aqidah Islamiyah terhadap Al-qur’an. Karena dari
inilah yang akan membentuuk watak dan jati diri Para Da’i atau Penceramah
dimana Aqidah atau keimanannya tertuju pada Sumber rujukan pertama yakni Al-qur’an
itu sendiri. Karena inilah yang wajib diimani.
Maka Da’i atau Penceramah ini harus bisa blak-blakan
menjadikan hal yang paling mendasar yakni materi urgensi Al-qur’an sebagai
Sumber Hukum Islam yang pertama, disana nantinya juga diperkenalkan bahwa Allah
adalah Tuhan yang esa, tidak berkongsi, tidak berserikat dan berbagi kekuasaan,
tidak berebut kekuasaan, itulah yang menjadi pegangan hidup hidup kita dan
ajaran tauhid yang esensial dan bukan Tuhan yang memiliki tiga jism yakni Tuhan
Ibu, Tuhan Bapak, Tuhan Anak.
Memang kajian mumalah sungguh penting, namun presentase
sajian ceramah jika di ukur tolak ukur dan mekanisme pelaksanaan Da’wahnya
hanya bagian itu-itu saja, dan justru hampir sama ending ceramah dengan agama-agama lain. Karena
itu bagaiamana sekarang seorang Da’i mampu mengemas pesan Da’wahnya dengan
memberikan pandangan tentang Al-qur’an.
2.3 Memahami Bahasa
Arab Menambah Kualitas Kecintaan pada Al-qur’an
Kajian Al-qur’an sering dibahas didalam pengajian Nuzulul
Qur’an. Karena Acara tersebut sesuai ruang dan waktu, berkaitan juga dengan
sasaran dan tujuan yang dikehendaki Penceramah. Namun harus sering bercermin
pada acara Pengajian Nuzulul Qur’an agar dampak pelaksanaan Sharing Al-qur’an
bisa dirasakan pada setiap mopmentum dan even-even pengajian atau acara-acara
ceramah.
Proporsi terbesar Sumber Hukum Islam memang berkaitan
dengan urusan muamalahnya agar terbina kemaslahatan bersama dimasyarkat. Tapi
tanpa obat penangkal yakni Al-qur’an sebagai penangkal segala maksiat, maka harus
disertakan Al-qur’an dalam bagian Da’wah Para Da’i atau Penceramah. Karena
banyak penggoda-penggoda yang selalu menemani manusia, ketika diperdengarkan
Al-qur’an sikapnya acuh tak acuh
dikarenakan tidak paham apa yang diabaca oleh Qori’, Orang malah akan menangis
dan terharu dengan hakikat kebahasaan Al-qur’an yang tinggi.
Sekarang yang
terjadi adalah Orang mengerti dan merasa tersentuh hatinya hanya dengan sebuah
lagu idamannya, membaca Al-qur’an mereka katakan adalah biasa saja, toh mereka
tak paham artinya, manakala Al-qur’an telah dibumikan artinya diamalkan dan
disebarkan serta menjadi kurikulum pembelajaran disekolah maupun instansi
pendidikan dan agama maka akan tercerminlah Al-qur’an yang maju dan terdepan.
Karena Pemimpin
atau Pemerintah hanya ingin agar
dinaikkan jabatannya dan mendapatkan hak finansial, apakah tidak berbahagia
apabila masyarakatnya dilengkapi dengan Akhlak Al-qur’an. Boleh jadi alasannya mengikuti
Pemimpin-pemimpin lama yang mencetus proklamasi serta pembuat Undang-Undang
Negara, artinya apakah ketika Al-qur’an hanya dijadikan relitas dikehidupan,
namun tidak disertai penegakkan nilai-nilai Islami maka Orang akan cenderung
berbuat sekehendak nafsunya.
Boleh jadi semua agama mengajarkan kebaikan, namun kebenarannya yang akan berubah dan akan
dibenarkan oleh Islam, misalnya injil (pasal 7 ayat 21) :”Bukankah Orang yang
berseru Tuhan(kepada Isa) yang akan masuk kedalam kerajaan syurga, tapi
sejatinya Nabi Isa menolak diakui Tuhan.. Jadi yang benar Isa adalah Rasululloh
semata, dan akhirnya Isa akan digantikan oleh Nabi Muhammad Saw yang sebagai
KhatamanNabi.
Untuk apa percaya dengan dogma-dogma agama atau
kepercayaan dari cerita-cerita atau dongeng
yang berkembang sepanjang zaman, namun tidak berbeda sekarang semua agama, yang
berbeda adalah pengamalan agama, jadi sama didalam gaya hidup, gaya pakaian,
gaya hidup modern.
Pengikisan iman
dan Aqidah sudah merebak. Apa yang ditayangkan dari tayangan syetan yang
berbentuk manusia terbuka aurat, media yang sifatnya porno. Dan yang laris
sekarang adalah tayangan-tayangan modernisasi. Itulah Ghazwul fikri atau perang
pemikiran yang berkembang, nah kuartet sekarang lebih terkesan tidak terarah.
Siapa yang diikuti dan diidolakan, yang diidolakan adalah
figure-figure yang membuat hidupnya hanya terkesan hidup modern dan canggih,
silahkan membuktikan bahwa di Internet Para Blogger malah sangat gencar
menyerang dengan pemikirannya dan dengan promosi iklan, sponsor bahkan
kontributor yang membaawa kemakmuran masyarakat dengan gambar-gambar serta
audio visual yang kehilangan makna islamnya, nah Islam pun banyak diinternet,
lebih-lebih bernyanyi dan bersenandung.
Mereka menyanyikan lagu Islami, namun laki-laki
berpakaian seolah-olah wanita dengan memakai anting-anting, memakai kacamata
yang berlebihan, shalat memakai pakaian yang seadanya tanpa adab, Nah kalangan
umat Islam jadinya ikut arus dengan agama lain bahkan yang tidak punya agama,
yang bahkan hanya mempunyai dari segi
kebudayaannya saja. Padahal hal itu sangat dilarang oleh Allah Swt dan dilaknat
orang yang meniru perilaku lawan jenisnya. Ini asalnya dari agama Islam sendiri
yang berpenampilan amburadur, bagaiamana Agama lain, kita akan semakin rusak
akhlakul karimahnya, dan yang menonjol adalah Akhlak yang kebarat-baratan atau Western
Political Value.
Allah Swt berfirman
didalam Al-qur’an Surah Fushshilat ayat 26:
“Dan orang-orang yang kafir berkata: ‘Janganlah
kamu mendengar Al Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu
dapat mengalahkan mereka’.(QS. Fushshilat ,41: 26).
Dari ayat tersebut sudah nampak
bahwa umat Islam sudah akan kalah jika tidak
memahami
Aqidahnya.
Dan akan menciptakan arus seperti
arus hidup orang lain yang hidup bermegah-
Megah-an,
sehingga lidah manusia akan cenderung mengikuti lagu-lagu, puisi, dan
Cerita-cerita modernisasi.
Air apabila terus diisi dikendi maka
akan semakin penuh, sama ibaratnya manusia
lebih-lebih
umat Islam apabila terus ditembakkan dengan peluru-peluru modernisasi maka
yang
terjadi dia akan lupa dengan agamanya, inilah perang pemikiran, kecintaan pada
Alqur’an
menjadi hilang. Ini yang akan dilakukan
secara bertahap.
Satu bulan berlalu, lewat satu tahun, terus berganti abad maka siap-siaplah
rezim Non
Islami
yang memimpin umat Islam, karena itu
saya hanya mengajak perbaiki kurikulum
Sekolah
atau madrasah dan perkuliahan serta
perbanyaklah merenungi dan mentadaburri Al-
qur’an.
Konseptualitas hidup manusia akan
sangat ditentukan dari sekarang. Ibda’ binafsina
mulailah
dari diri kita, lebih-lebih Para Pemimpin, janganlah terkesan hanya ingin kaya,
Mushabaqah
Tilawatil Qur’an dan Para Hafidz justru diabaikan dan dianggap remeh.
Lebih lanjut lagi, media elektronik
Islam dikagetkan dengan pemikiran yang membuat Umat Islam malah semakin jauh
dari islam yakni menyediakan sajian Al-qur’an, kemudian dilengkapi dengan gambar-gambar
makhluk halus seperti ji,syetan bahkan hal yang menjadi Syariat Islam seperti pengantaran
jenazah yang membuat umat malah semakin takut menonton dan menyaksikan media elektronik
tersebut, karena memang isi pesan tersebut bagus yakni mengingatkan umat Islam
dari kematian.
Namun yang menyebabkan umat Islam itu takut adalah
karena sudah ada media-media yang berada lebih dulu sebagai pemicu ketakutan,Contohnya:
Syetan beranak didalam Kubur, Sundel bolong, Tuyul, Genduruwo, dan lain-lain. Umat
Islam yang baik maka akan berdampak dalam keyakinannya, artinya akan meninggalkan
jauh-jauh media yang berisikan bacaan Al-qur’an namun gambar atau videonya
disertai dengan pengantaran jenazah untuk dikuburkan. Nah inilah Islam yang
sudah tertinggal dari Manhaj utamanya yakni Al-qur’an. Dia akan sangat
terpengaruh oleh media luar ketimbang harus melihat Islam yang Haq. Padahal
Media bisa dijadikan lahan Da’wah, tapi karena sudah dikalahkan oleh
media-media yang membuat manusia jauh dari media Da’wah, dan akhirnya
digantikan dengan media yang menyajikan hiburan semata.
Karena itu kalau sudah dididik
masyarakatnya oleh Para Da’i ini dengan iman bahwa Allah Swt yang berhak
disembah, apa yang dijawab sekarang untuk menyikapi pemaknaan tersebut bagi
Orang yang suka melakukan pengingkaran terhadap ayat-ayat Allah Swt atau Al-qur’an,
Islam kan mengakomodir tradisi shahih yang berlaku dimasyarakat misalnya musik,
dangdutan, Pop dan lain sebagainya, itu semua bentuk ekspresi pengagungan dan
rasa syukur kepada Allah Swt.
Memang hal itu diterima karena
membangun kreatifitas, tapi sampai-sampai para Publik Figure ini hanya mencari
kehidupan dunia saja, meskipun yang dinyanyikan atau diberikan kepada
masyarakat adalah sifatnya baik, bahkan lagu yang berbau Agama. Nah, kondisi
inilah yang membuat Islam tidak berkembang, dan dampaknya Islam akan dikikis
sedikit-sedikit dan akhirnya tak ada peninggalan Hukum Syariat Islam meskipun
dinyatakan didalam Al-qur’an :
Sesungguhnya Kami-lah yang
menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.
Maka ada Allah Swt yang menjadikan
Al-qur’an untuk dipelihara melalui Firmannya, dan akan mampu dijaga apabila
manusia mampu menguasai Al-qur’an pada Al-“ilmu Fi ssudur(Ilmu itu pada dada
atau hafalan) jadi bukan pada teks atau buku Al-qur’an tersebut yang disebut
sebagai pemelihara. Artinya apabila akan dimasukkan dilemari pun bisa jadi
dipelihara oleh manusia, secara umumnya dirawat. Nah, dari hal ini perlu
dilakukan kader-kader Generasi Agama yang siap pakai, sanggup meneruskan
cita-cita agama yang telah dirintis oleh Nabi Muhammad Saw beserta
Sahabat-Sahabatnya.
Kualitas suatu bangsa dan agama
ditentukan dengan Ilmu dan lebih-lebih kemampuannya secara mantap didalam
penguasaan agama, jadi yang merasa menjadi Pelaku Da’wah seharusnya menekankan
urgensi Al-qur’an untuk dipahami, dikaji dan diamalkan.
Karena itulah yang menjadi azam Para
Da’i atau Penceramah, karena itu akan berdampak baik . Kalau amalan penyampaian
pentingnya Al-qur’an tidak mau disampaikan, artinya sama saja dengan arti kebiasaan
baik ditunda, kebiasaan yang buruk dilestarikan, dan sama saja halnya juga dengan
peniadaan Al-qur’an atau menghapus Al-qur’an dari bumi ini.
Karena kalau tidak sekarang, maka
apa harus pada acara Perayaan Nuzulul Qur’an, karena belum tentu Allah Swt akan
memanjangkan umur umat manusia, dan apakah akan menunggu panggilan Allah Swt,
maka dari itu mulailah dari sekarang bagaiamana mengemas pesan Da’wah agar
tersampainya Al-qur’an sebagai Firman Allah ini dapat dijadikan sebagai Pedoman
umat Muslim dan Al-qur’an akan terus lestari karena setiap tahunnya ada banyak
Penghafal-Penghapal Al-qur’an yang sudah sangat mencintainya, dan juga tidak
membebankan tugas Tahfidzul Qur’an dan Pentadaburran Al-qur’an kepada Ulama’
saja, namun minimal diberikan kesadaran kepada masyarakat awam atau masyarakat
kritis bahwa mereka akan mendidik Anak-anak atau generasi dan Pemuda-Pemudi
untuk gemar berjihad didalam membangun dan menegakkan Agama Allah Swt.
Kemudian bagaiamana hati Para
Masyarakat akan menjadi Bergetar ketika dibacakan Al-qur’an, maka tentu harus
memahami bahasa Arab. Dan bahasa Arab disamping itu juga Hafalan-Hafalan
Al-qur’an lebih dulu juga harus ditekankan. Jadi ada negosiasi penggunaan
bahasa, paham Al-qur’an tentu memahami Bahasa Arab.
“Sesungguhnya
Kami menjadikan Al Qur'an dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya).
Sekedar mengingatkan pribadi yang
belum bisa memahami Al-qur’an berikut harus dipahami dulu terjemahanya, jadi umat manusia dituntut menjadi Ulama’
melalui ceramah-ceramah kita dan bukan
malah mengikuti kemegahan dunia seperti yang disampaikan oleh Allah Swt
didalam Firmannya dalam Qs. Asshaf: 5
“Maka
tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik”. (QS. Ash-Shaf:5)
Mengapa pemilihan kata yang benar didalam mengkomunikasikan materi
yang berjudul pentingnya Al-qur’an agar dapat menyentuh hati para Audiens atau
Masyarakat Muslim karena Da’i atau Penceramah ini harus bertujuan yakni
menekankan adanya perbaikan umat serta membangun agama dimasa yang akan datang,
karena harus ada yang mampu menggantikan dan melanjutkan amanat mulia sebagai
seorang Tahfidz dan Mufassir Al-qur’anyang handal.
Oleh karena itu
penyampaian da’wah harus tegas, fasih
dan mengena sasaran. Didalam Khutbah jum’at pun sebagai moment perkumpulan umat
muslim terutama jama’ah laki-laki, karena merekalah yang akan mengajarkan dan
mendidik keluarganya menjadi lebih baik
dan bertaqwa lebih-lebih dalam mengimani Al-qur’an.
Kalau Al-qur’an sudah
dilupakan maka karunia Allah Swt yang berupa rahmat untuk seluruh manusia ini,
dan sebagai petunjuk serta rujukan umat Muslim ini maka siap-siap saja
Al-qur’an akan lenyap dan hanya dijadikan sebagai uslub atau jalan mencari
kekayaan bagi Para Da’i atau Penceramah.
Kita telah melaksanakan
shalat, puasa,berdo’a, berdzikir kepada Allah Swt, namun pernahkah terpikirkan
amalan tersebut ditujukan untuk siapa, sepertinya sangat rajin membaca
Al-qur’an alias mengaji, namun mereka tidak mendapatkan apa-apa karena tidak
mengambil pelajaran didalamnya.
Karena itu perjungan
dan keikhlasan sangat diperlukan untuk memulai dakwah kepada Para Jama’ah
Muslim agar benar-benar mau belajar Al-qur’an.
Karena itu sebelum
semua itu terlambat, dan menjadi sebuah krisis Aqidah serta kebinasaan bagi
manusia karena tidak mau belajar dan mengajarkan Al-qur’an serta mengimaninya,
maka Penulis mengajak agar segera mengkader Para tahfidz dan Mufassir Al-qur’an
yang handal dibidangnya dan agar khasanah keilmuan manusia tidak terhenti dan
tentu Al-qur’an tersebut akan dicabut oleh Allah Swt dari peredarannya didunia
ini.
Pengasahan otak dan
kemampuan para Tahfidz dan Mufassir inilah yang akan menajadi Pelopor
Intelektual Islam dimasa depan
Didalam Al-qur’an Surat
Al-isra’; Allah Swt Berfirman:
Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila
Al Qur'an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil
bersujud,
Karena itu, jika kita memahami dan menyadari bahwa betapapun
giatnya usaha kita didalm memenuhi amalan-amalan agama tentu masih terdapat
kekurangan didalam diri kita masing-masing, dari sekian banyak perintah agama
pasti masih ada sebagian yang belum kita penuhi, oleh karena itu mari kita
perbaiki kesalahan kita dan kita kejar kekurangan kita dan senantiasa
mengutamakan Al-qur’an ditas segalanya bahkan diatas kemegahan dunia ini, agar
kita terhindar dari azab yang pedih disebabkan karena kelalaian dan menghianati
Allah Swt dan Rasululloh Saw.